Quantcast

Thursday, August 27, 2015

#OLS: Optimalisasi Daya Pikir 2

Pada bahasan sebelumnya, #OLS: Optimalisasi Daya Pikir 1, saya sudah memberikan penjelasan mengenai pengertian dan bagaimana cara dari tahap pertama mencapai daya pikir secara optimal. Pada artikel kali ini saya akan memberikan tahapan yang kedua untuk dapat mencapai optimalnya daya pikir.

Menggunakan relaksasi untuk memperdalam kondisi optimalnya daya pikir

Menggunakan teknik pernafasan yang dalam untuk membuat tubuh menjadi lebih relaks dan pikiran jadi lebih tenang sudah saya ulas pada artikel sebelumnya. Hal tersebut membantu menenangkan pikiran pada saat menyalurkan energi ke seluruh bagian tubuh dan otak. Dari hal tersebut akan membantu otak untuk mengubah frekuensi gelombang sadar standard, yakni kondisi frekuensi beta pada 18-40 Hz menuju rentang frekuensi gelombang alpha antara 8-14 Hz, dan frekuensi tersebut hanya terpaut 1 hz dari frekuensi gelombang tetha yang berada pada frekuensi 4-7 Hz, padahal kondisi optimalnya daya pikir berada pada kondisi tersebut.

Kondisi alpha seringkali dikenal sebagai kondisi penuh imaginasi, lamunan, kondisi meditatif dan hypnosis yang dalam (belum memasuki tahapan clairvoyance atau tetha), namun sayangnya pada kondisi  tetha, meskipun sudah mendekati kondisi daya pikir optimal, kondisi ini masih mudah terpancing untuk menjadi buyar, konsentrasi menjadi lepas, dan kembali pada kondisi sadar secara utuh (kembali ke beta). Oleh karena itu, diperlukan tahapan relaksasi untuk memperdalam kondisi kesadaran dan menggiringnya menuju kondisi tetha dimana kondisi daya pikir optimal benar-benar berada dan konsentrasi benar-benar terjaga.

Fakta tentang kondisi otak dan pikiran yang berketerkaitan

Menurut Jerone Singer, Ph. D., peneliti kesadaran, bahwa apapun yang kita lakukan, otak sangat terikat untuk terus bekerja bersama pikiran - untuk memilih dan memilah (menyortir informasi) dan menghasilkan berbagai kemungkinan, baik praktis dan tidak praktis - yakni disaat kita berada dalam kondisi terjaga (sadar).

Sementara jika pikiran sedang tidak memikirkan sesuatu, benar-benar bebas, sebenarnya hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu memaksimalkan pemakaian kekuatan otak, yang dalam keadaan sebaliknya bisa jadi sia-sia. Artinya jika pada saat seseorang sedang banyak berpikir, akan menjadi sia-sia usaha untuk memaksimalkan energi yang ada untuk penggunaan kekuatan otak.

Psikolog Eric Klinger, Ph. D., menyebutkan bahwa ketika seseorang sedang berusaha belajar, kondisi sadar justru menghambat bagi kondisi alpha dan kondisi daya pikir optimal. Dia menyebutkan bahwa 75 % kekuatan otak kita tercurah untuk "menyortir informasi dan membuat kemungkinan-kemungkinan (dalam bentuk prasangka, tebakan, perhitungan, judi, dsb). Sementara hanya tersisa kurang dari 25% saja yang dapat digunakan secara maksimal untuk menerima informasi baru dan tugas yang akan dihadapi." 

Saya pun pernah mendapati hal yang sama ketika seorang sahabat menyampaikan kepada saya, 
Meskipun kamu telah mempelajari banyak hal, tetaplah merasa dan menjadi bodoh atau seolah-olah masih belum puas dalam belajar, apalagi jika kamu akan mempelajari dan menghadapi kelas dengan subjek/mata pelajaran/perihal yang sama, anggaplah itu hal baru dengan informasi-informasi yang baru, sehingga dengan begitu kamu bisa mengupdate dan menjadi jauh lebih pandai.

Kondisi itu memang benar, semakin seseorang merasa telah pernah belajar sesuatu, seseorang cenderung memiliki rasa malas yang tinggi, dan konsentrasi yang berkurang, 75 % dari pikirannya tercurah untuk menyortir informasi yang pernah diterima dan membentuk kemungkinan-kemungkinan. Sementara 25 % (dan bisa jadi sangat kurang dari itu) digunakan untuk menerima informasi terbaru dan untuk menghadapi tugas terbaru.

Sebagai contoh: Anda pasti pernah merasakan jenuh mengikuti kelas yang sama pada semester yang berbeda. Atau anda pasti pernah menonton film yang sama, sehingga anda langsung mengganti channelnya.

Relaksasi sebagai jembatan antara kondisi alpha dan tetha atau kondisi daya pikir optimal

Herbert Benson, M.D, dan sejumlah ilmuwan dalam penelitiannya di Beth Israel Hospital, Boston, memberikan pengesahan kepada sejumlah metode yang diyakini mampu menjadi jembatan antara alpha dan tetha, sehingga memungkinkan kondisi OLS dimunculkan dalam kondisi sadar sekalipun. Adapun beberapa metode tersebut adalah sehubungan dengan relaksasi: "Prayers", "Meditasi", "Yoga", "Jiwa Suci".

Dr. Benson menemukan bahwa ketika seseorang dibawa pada kondisi ruang yang sunyi dan nyaman, serta memandunya untuk bervisualisasi (melakukan penggambaran), hasilnya ternyata otak orang tersebut segera menghasilkan frekuensi gelombang alpha; dan ketika diukur menggunakan alat laboratorium, alhasil pikiran mereka menjadi tenang, nafas menjadi natural dan harmonis, kondisi relaksasi yang mendalam. Pada saat yang sama, aliran darah dibanjiri oleh hormon-hormon yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas kemampuan otak -  endhorpin, benzodiazepine, dan neuropeptides - yang biasanya dilepaskan oleh otak pada saat seseorang mengalami kondisi lega, bahagia, senang, gembira, dan percaya diri.

Relaksasi yang notabene mampu mengkondisikan otak menuju frekuensi gelombang yang lebih rendah, dari kondisi sadar pada range 18 - 40 hz menuju frekuensi 8 - 14 hz telah membuka peluang bagi terjadinya kondisi OLS yang berada pada kondisi tetha (4 - 7hz). Dan hebatnya, relaksasi dapat dilakukan secara mandiri, dan tidak melulu harus dalam bimbingan.

Metode relaksasi (Tahap 2 untuk mencapai kondisi daya pikir optimal)


  1. Luangkan waktu sebelum melakukan usha belajar sekitar 10-15 menit .
  2. Lakukan pemanasan dengan melakukan tahapan latihan pernafasan dalam. Untuk contoh dapat dilihat pada posting sebelumnya #OLS: Optimalisasi Daya Pikir 1
  3. Jika sudah selesai pada langkah 2, tutup kedua mata anda dan mulailah bernafas secara natural. Nikmati saja kondisi nafas dari masuk dan keluarnya. Hirup dan lepaskan nafas melalui hidung.
  4. Lanjutkan jika pernafasan sudah kembali normal, fokuskan untuk menarik dan menghembuskan nafas dari ujung nostril (lubang hidung)
  5. Jika muncul gambaran atau bayangan dalam pikiran yang mengalihkan fokus anda, anda tidak perlu melawannya, kembalikan konsentrasi anda pada pernafasan. Kuncinya adalah menikmati. Sampai terasa seolah-olah mengantuk (namun tetap  jaga kesadaran anda, jangan sampai tertidur), dan sangat menikmati kondisi duduk anda. Lambat laun, nafas akan menjadi semakin berat, begitu pula dengan mata terasa berat untuk dibuka, dan anda merasakan kondisi sangat relaks, sangat tenang, sangat damai dalam pikiran. Tubuh anda pun terasa lemas dan seluruh otot dan syaraf mulai mengendur.
  6. Berbagai jenis gambaran atau bayangan pun akan lambat laun menghilang dan anda akan diantarkan pada sebuah dimensi ruang dan waktu yang tanpa batas, sebuah ruang didalam diri anda. Dan disinilah yang disebut kondisi relaksasi yang dalam yang menyerupai kondisi tidur, namun bukan tertidur. Usahakan untuk terus merasakan dan menikmati, sampai anda merasakan sudah cukup (sekitar 10 menit).
  7. Setelah itu bukalah mata anda dan kembalilah melanjutkan usaha belajar anda.

Nah pada tahap kedua setelah pernafasan dijelaskan pada artikel sebelumnya, adalah pelatihan membentuk pola relaksasi yang mendalam. Semakin sering dilatih, maka tubuh dan otak akan terlatih dan mudah untuk mencapai kondisi ini, sehingga yang diperlukan adalah sistem anchoring yang dapat digunakan untuk mengunci kondisi pikiran optimal . 

Kondisi diatas menjelaskan bahwa anda sudah berada pada kondisi daya pikir yang optimal, hanya memerlukan satu tahapan berikutnya untuk dapat mengunci kondisi tersebut agar kelak sewaktu-waktu anda memerlukannya, anda dapat dengan mudah memanggilnya melalui sistem anchoring tadi.

Pada artikel berikutnya saya akan jelaskan mengenai apa itu anchoring  dan bagaimana membentuk sistem tersebut. Silakan membaca dan menggunakan tahap demi tahap untuk mencapai kondisi daya pikir optimal terlebih dahulu. 

Selamat membaca dan selamat mempraktikkan. Salam sukses

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih telah berkomentar dengan santun. Maju Blogger Indonesia

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo